Jakarta (Teclovers) - Qlapa yang diluncurkan 1 November 2015 adalah situs marketplace online khusus untuk produk handmade dan kerajinan tangan buatan Indonesia.
Di Qlapa, pembeli dapat membeli produk handmade yang unik langsung dari pembuatnya yang berasal dari seluruh Indonesia.
Setiap transaksi di Qlapa juga akan menggunakan sistem yang diotomisasi dan menggunakan rekening bersama, sehingga pembeli bisa melakukan transaksi dengan lebih nyaman dan terjamin keamanannya.
Selain itu, sistem ini juga dilengkapi penghitungan ongkos kirim serta manajemen pemesanan yang rapi, sehingga penjual di sisi lain bisa berjualan dengan lebih efisien dan fokus pada membuat produk yang berkualitas.
Fitur-fitur lain di Qlapa juga dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan perilaku jual beli produk handmade yang sering terjadi.
Penjual bisa menawarkan variasi produk jika produknya punya banyak variasi warna. Ada juga fitur kustomisasi yang memungkinkan penjual menerima pesanan custom dari penjual.
Penjual juga bisa menerima pesanan dalam bentuk pre-order jika penjual tersebut memang hanya membuat produk handmade-nya berdasarkan pesanan saja.
Dengan begitu, penjual bisa menjual produk handmade-nya tanpa mendapat batasan, sedangkan pembeli bisa mendapatkan pilihan yang lebih banyak dan leluasa ketika sedang mencari produk dan berbelanja.
Benny Fajarai selaku CEO dan co-founder Qlapa melihat bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi di industri kerajinan tangan Indonesia.
Pertama, meskipun sering laku dan meningkatkan awareness dan penjualan, bazaar dan pameran memerlukan biaya yang besar dan hanya dilakukan sesekali.
Pengrajin lokal sendri akhirnya berusaha memasarkan produknya di berbagai tempat secara online seperti media sosial dan marketplace lain.
Di sisi lain, media sosial memang tidak diperuntukkan untuk kegiatan jual beli, sehingga pengrajin ini mau tidak mau harus melakukan beberapa hal yang sama terus menerus ketika mengelola transaksi atau tokonya.
Belum lagi penjual pada dasarnya berjualan secara terpisah, sehingga pembeli harus menghabiskan waktu lama untuk melakukan pencarian secara terpisah.
Masuk ke marketplace online populer mungkin bisa memberikan otomasi yang dibutuhkan. Tapi di saat yang sama mereka harus bersaing dengan produk-produk lain yang diproduksi secara massal. Padahal, produk handmade adalah produk yang punya keunikan sendiri, dan akan sulit bersaing dengan barang produksi massal jika harus dibandingkan langsung di satu platform yang sama.
Qlapa menyediakan satu tempat di mana seluruh pengrajin lokal di Indonesia bisa berjualan bersama di satu tempat dengan sistem yang sesuai dengan mereka.
Sementara pembeli yang ingin mencari produk handmade yang unik bisa mencari produk yang mereka butuhkan dengan nyaman dan mudah.
"Melalui Qlapa, kami juga berharap kerajinan lokal Indonesia dapat menjangkau pasar yang lebih luas baik skala nasional maupun internasional," tambah Benny.
Co-founder Qlapa, Fransiskus Xaverius, adalah engineer yang tinggal di US selama lima tahun dan bekerja di berbagai perusahaan besar seperti Google, Blackberry, Zynga, Castlight, dan Homejoy sebagai engineer.
Benny dab Fransiskus Xaverius bertemu di awal tahun 2014 dan sering mendiskusikan berbagai macam hal dan bertukar ide. Baru di awal tahun 2015 Frans kemudian memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mengembangkan Qlapa sebagai CTO.
"Tinggal dan bekerja di Silicon Valley memang jauh lebih baik. Sebagai engineer, kompensasi dan peluang karir memang sangat besar di US. Namun, saya bisa melihat bahwa Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Ada banyak masalah yang dapat diselesaikan dan ada banyak peluang yang dapat dikembangkan dengan teknologi," kata Frans menjelaskan alasannya untuk kembali ke Indonesia.
Di Qlapa, pembeli dapat membeli produk handmade yang unik langsung dari pembuatnya yang berasal dari seluruh Indonesia.
Setiap transaksi di Qlapa juga akan menggunakan sistem yang diotomisasi dan menggunakan rekening bersama, sehingga pembeli bisa melakukan transaksi dengan lebih nyaman dan terjamin keamanannya.
Selain itu, sistem ini juga dilengkapi penghitungan ongkos kirim serta manajemen pemesanan yang rapi, sehingga penjual di sisi lain bisa berjualan dengan lebih efisien dan fokus pada membuat produk yang berkualitas.
Fitur-fitur lain di Qlapa juga dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan perilaku jual beli produk handmade yang sering terjadi.
Penjual bisa menawarkan variasi produk jika produknya punya banyak variasi warna. Ada juga fitur kustomisasi yang memungkinkan penjual menerima pesanan custom dari penjual.
Penjual juga bisa menerima pesanan dalam bentuk pre-order jika penjual tersebut memang hanya membuat produk handmade-nya berdasarkan pesanan saja.
Dengan begitu, penjual bisa menjual produk handmade-nya tanpa mendapat batasan, sedangkan pembeli bisa mendapatkan pilihan yang lebih banyak dan leluasa ketika sedang mencari produk dan berbelanja.
Benny Fajarai selaku CEO dan co-founder Qlapa melihat bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi di industri kerajinan tangan Indonesia.
Pertama, meskipun sering laku dan meningkatkan awareness dan penjualan, bazaar dan pameran memerlukan biaya yang besar dan hanya dilakukan sesekali.
Pengrajin lokal sendri akhirnya berusaha memasarkan produknya di berbagai tempat secara online seperti media sosial dan marketplace lain.
Di sisi lain, media sosial memang tidak diperuntukkan untuk kegiatan jual beli, sehingga pengrajin ini mau tidak mau harus melakukan beberapa hal yang sama terus menerus ketika mengelola transaksi atau tokonya.
Belum lagi penjual pada dasarnya berjualan secara terpisah, sehingga pembeli harus menghabiskan waktu lama untuk melakukan pencarian secara terpisah.
Masuk ke marketplace online populer mungkin bisa memberikan otomasi yang dibutuhkan. Tapi di saat yang sama mereka harus bersaing dengan produk-produk lain yang diproduksi secara massal. Padahal, produk handmade adalah produk yang punya keunikan sendiri, dan akan sulit bersaing dengan barang produksi massal jika harus dibandingkan langsung di satu platform yang sama.
Qlapa menyediakan satu tempat di mana seluruh pengrajin lokal di Indonesia bisa berjualan bersama di satu tempat dengan sistem yang sesuai dengan mereka.
Sementara pembeli yang ingin mencari produk handmade yang unik bisa mencari produk yang mereka butuhkan dengan nyaman dan mudah.
"Melalui Qlapa, kami juga berharap kerajinan lokal Indonesia dapat menjangkau pasar yang lebih luas baik skala nasional maupun internasional," tambah Benny.
Co-founder Qlapa, Fransiskus Xaverius, adalah engineer yang tinggal di US selama lima tahun dan bekerja di berbagai perusahaan besar seperti Google, Blackberry, Zynga, Castlight, dan Homejoy sebagai engineer.
Benny dab Fransiskus Xaverius bertemu di awal tahun 2014 dan sering mendiskusikan berbagai macam hal dan bertukar ide. Baru di awal tahun 2015 Frans kemudian memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mengembangkan Qlapa sebagai CTO.
"Tinggal dan bekerja di Silicon Valley memang jauh lebih baik. Sebagai engineer, kompensasi dan peluang karir memang sangat besar di US. Namun, saya bisa melihat bahwa Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Ada banyak masalah yang dapat diselesaikan dan ada banyak peluang yang dapat dikembangkan dengan teknologi," kata Frans menjelaskan alasannya untuk kembali ke Indonesia.
COPYRIGHT © Teclovers.com 2015