Jakarta (TecLovers) - Badan Antariksa Eropa (ESA) akan bekerjasama dengan Rusia untuk menjajah Bulan dengan kemungkinan membangun pos permanen. Misi kerjasama yang akan menggunakan teknologi Rusia itu diperkirakan meluncur pada 2020.
Teknologi untuk membangun pos terdepan di Bulan itu berupa robot pendarat yang disebut Luna 27. Badan Antariksa Rusia Roscosmos pernah menguji coba Luna 27 di cekungan Aitken Kutub Selatan. Luna 27 akan mendarat di kawah besar sisi gelap Bulan dan akan mencari sumberdaya yang dibutuhkan guna pengeboran Bulan pada masa mendatang.
"Kutub Selatan Bulan tidak seperti tempat lain yang pernah kami jumpai sebelumnya," kata pemimpin ilmuwan ESA James Carpenter seperti dikutip BBC. "Lingkungannya sangat berbeda. Anda dapat menemukan air es yang banyak dan unsur kimia lain pada permukaannya karena suhu yang sangat dingin. Unsur kimia itu dapat kami pakai sebagai bahan bakar roket atau sistem pendukung kehidupan bagi misi manusia masa depan yang datang ke lokasi itu," kata James.
ESA berencana menyediakan perlengkapan pendukung untuk pilot berupa sistem pendaratan yang dilengkapi laser dan kamera canggih, serta alat bor yang dapat menggali dua meter dari permukaan. Badan Eropa itu juga akan membangun laboratorium di dalam pesawat untuk langsung menganalisa sampel kimia. Meskipun sejumlah ilmuwan dan teknisi telah mengerjakan desain rencana proyek itu, pihak Eropa akan meratifikasi keterlibatan dalam Luna 27 pada akhir 2016.
Pemimpin ilmuwan Roscosmos untuk proyek itu, Igor Mitrofanov, mengatakan negaranya harus terlibat dalam proyek pembangunan pos terdepan di bulan. "Kami harus pergi ke Bulan. Negera kami harus terlibat dalam proses itu dan kami harus mengerjakannya bersama dengan kolega-kolega internasional," kata profesor di Institut Penelitian Ruang Angkasa di Moskow itu.
Teknologi untuk membangun pos terdepan di Bulan itu berupa robot pendarat yang disebut Luna 27. Badan Antariksa Rusia Roscosmos pernah menguji coba Luna 27 di cekungan Aitken Kutub Selatan. Luna 27 akan mendarat di kawah besar sisi gelap Bulan dan akan mencari sumberdaya yang dibutuhkan guna pengeboran Bulan pada masa mendatang.
"Kutub Selatan Bulan tidak seperti tempat lain yang pernah kami jumpai sebelumnya," kata pemimpin ilmuwan ESA James Carpenter seperti dikutip BBC. "Lingkungannya sangat berbeda. Anda dapat menemukan air es yang banyak dan unsur kimia lain pada permukaannya karena suhu yang sangat dingin. Unsur kimia itu dapat kami pakai sebagai bahan bakar roket atau sistem pendukung kehidupan bagi misi manusia masa depan yang datang ke lokasi itu," kata James.
ESA berencana menyediakan perlengkapan pendukung untuk pilot berupa sistem pendaratan yang dilengkapi laser dan kamera canggih, serta alat bor yang dapat menggali dua meter dari permukaan. Badan Eropa itu juga akan membangun laboratorium di dalam pesawat untuk langsung menganalisa sampel kimia. Meskipun sejumlah ilmuwan dan teknisi telah mengerjakan desain rencana proyek itu, pihak Eropa akan meratifikasi keterlibatan dalam Luna 27 pada akhir 2016.
Pemimpin ilmuwan Roscosmos untuk proyek itu, Igor Mitrofanov, mengatakan negaranya harus terlibat dalam proyek pembangunan pos terdepan di bulan. "Kami harus pergi ke Bulan. Negera kami harus terlibat dalam proses itu dan kami harus mengerjakannya bersama dengan kolega-kolega internasional," kata profesor di Institut Penelitian Ruang Angkasa di Moskow itu.
COPYRIGHT © Teclovers.com 2015
