Jakarta (TecLovers)- CEO Huawei Ren Zhengfei membantah bahwa perusahaan itu telah memata-matai negara lain demi kepentingan pemerintah Tiongkok.
Bos produsen peralatan jaringan itu berupaya untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa Huawei sedang digunakan oleh Beijing untuk memata-matai perusahaan barat seperti klaim pemerintah AS.
"Mengapa saya ingin mengambil data seseorang? Siapa yang akan memberi saya uang untuk itu?" kata Zhengfei dalam satu wawancara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, seperti dilaporkan banyak media dunia baru-baru ini.
Zhengfei menambahkan bahwa Huawei tidak pernah menerima permintaan dari pemerintah Tiongkok untuk memata-matai AS.
"Kita tidak mungkin menembus ke sistem lain," tegasnya.
Raksasa teknologi Tiongkok itu telah bertahun-tahun membantah klaim yang dibuat di Kongres AS bahwa perusahaan telah memasukkan "backdoors" yang dapat digunakan untuk spionase.
Sejak itu, Huawei menghadapi pengawasan di Inggris dan Australia, dan wilayah lainnya, mengutip kekhawatiran serupa. Sampai saat ini, tidak ada bukti nyata muncul secara terbuka.
Tahun lalu, media AS dan Jerman mengutip dokumen yang dibocorkan oleh Edward Snowden, mengungkap bahwa National Security Agency (NSA) telah diakses jaringan Huawei, termasuk arsip email dan komunikasi lainnya antara eksekutif senior.
Huawei awal bulan ini mengatakan bahwa perusahaan mengharapkan penjualannya naik 15 persen tahun ini, setelah menjual 75 juta smartphone.
Sebagian besar prospek penjualan berasal dari big data, komputasi awan, dan perangkat pintar.
Bos produsen peralatan jaringan itu berupaya untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa Huawei sedang digunakan oleh Beijing untuk memata-matai perusahaan barat seperti klaim pemerintah AS.
"Mengapa saya ingin mengambil data seseorang? Siapa yang akan memberi saya uang untuk itu?" kata Zhengfei dalam satu wawancara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, seperti dilaporkan banyak media dunia baru-baru ini.
Zhengfei menambahkan bahwa Huawei tidak pernah menerima permintaan dari pemerintah Tiongkok untuk memata-matai AS.
"Kita tidak mungkin menembus ke sistem lain," tegasnya.
Raksasa teknologi Tiongkok itu telah bertahun-tahun membantah klaim yang dibuat di Kongres AS bahwa perusahaan telah memasukkan "backdoors" yang dapat digunakan untuk spionase.
Sejak itu, Huawei menghadapi pengawasan di Inggris dan Australia, dan wilayah lainnya, mengutip kekhawatiran serupa. Sampai saat ini, tidak ada bukti nyata muncul secara terbuka.
Tahun lalu, media AS dan Jerman mengutip dokumen yang dibocorkan oleh Edward Snowden, mengungkap bahwa National Security Agency (NSA) telah diakses jaringan Huawei, termasuk arsip email dan komunikasi lainnya antara eksekutif senior.
Huawei awal bulan ini mengatakan bahwa perusahaan mengharapkan penjualannya naik 15 persen tahun ini, setelah menjual 75 juta smartphone.
Sebagian besar prospek penjualan berasal dari big data, komputasi awan, dan perangkat pintar.
COPYRIGHT © Teclovers.com 2015